Sabtu, 14 Februari 2009

Simbolis-Magis- Religius Taman Ujung

Makna Simbolis-Magis-Religius Arsitektur Taman Ujung .

Situs Peninggalan Arsitektur Raja Karangasem.





Sebelum berkunjung ke Taman Ujung, sebaiknya marilah kita buka pemikiran dan pemahaman akan historis –Religius akan konsep yang mengilhami dari hasil Maha Karya dari dibangunnya Taman Ujung. Untuk membuka semua itu tentunya mari kita masuk dari persoalan yang sangat mendasar akan hakekat dan ada kemauan memahaminya, dengan ini tentunya kita akan bisa menghargai peninggalan hasil karya seperti Taman Ujung. Dan dengan begitu akan terbuka Pemikiran , Apa…., mengapa….., kapan …, bagaimana …. Sehingga hasil karya tersebut bisa diwujudkan.


Taman Ujung Karangasem yang disebut juga Taman Sukasada, atau populer juga sebagai ''Water Palace'', terletak di tepi pantai Desa Ujung, Karangasem. Taman ini adalah salah satu bukti historis yang monumental dari kebesaran Kerajaan Karangasem di masa lalu. Berdasarkan hasil-hasil penyelidikan arkeologis-historis dapat diketahui bahwa taman ini adalah sebuah contoh hasil akulturasi budaya yang serasi antara arsitektur tradisional lokal (Bali) dengan arsitektur Eropa, yang memancarkan kearifan atau keungguhan lokal (local genius).

SANG Arsitek Otodidak Pendiri Taman Ujung Soekasada , salah seorang raja Karangasem, dengan kemampuan teknis-arsitektural dan estetik, telah berhasil memanfaatkan bentang alam dan lingkungan di sekitarnya yang berteras-teras, dengan gunung-gunung sebagai latar belakang alami, sumber air, sungai-sungai dan pesisir Pantai Ujung. Dalam pembangunan taman ini, sang raja kemungkinan basar telah menggunakan konsepsi kosmologi masyarakat Bali sebagai landasan ideologis. Secara kosmologis, pesisir pantai atau laut adalah bagian hilir atau muara (tebenan), adalah tempat menunggalnya segala kekuatan magis yang berasal dari gunung atau bukit, yang kemudian mengalir ke hilir melalui sungai-sungai, seakan-akan secara simbolis membagi-bagikan air kehidupan kepada masyarakat.


Selain itu, gunung adalah bagian hulu (luwanan) yang punya kekuatan adikodrati yang tak tertandingi. Sebaliknya, gunung juga tak selamanya merupakan kekuatan alam yang ramah, karena dapat menimbulkan bencana besar secara tiba-tiba, jika ekosistemnya terganggu. Menurut kosmologi masyarakat Bali dan juga masyarakat lainnya di nusantara, gunung adalah dunia arwah para leluhur yang punya kekuatan magis, yang dapat memberikan pengaruh baik-buruk kepada kaum kerabat atau masyarakat yang masih hidup. Dalam perkembangan selanjutnya, ketika pengaruh agama Hindu telah meluas di daerah Bali, gunung juga dianggap sebagai tempat bertahtanya para Dewa, yaitu Dewa Gunung seperti Bhatara Gunung Agung, dll.

Demikianlah gunung menjadi suci dan sakral. Dengan berpedoman kepada konsepsi kosmologi itu, pendiri Taman Ujung telah berupaya untuk menyatukan dan memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang terkonsentrasi di gunung -- kekuatan alam adikodrati, magis arwah leluhur, dan para Dewa -- untuk kepentingan pembangunan masyarakatnya. Dengan dasar ideologi ini, maka Taman Ujung dapat juga disebut sebagai ''Water Palace'' yang menyandang makna simbolis-magis-religius seperti yang tampak juga pada lambang kerajaan, yaitu Amerta Jiwa. Dari sisi lain, taman ini menjadi lebih signifikan lagi karena berada dalam bingkai segitiga sosiokultural -- Tirta Gangga, Puri Karangasem, dan
Taman Ujung.

Tidak mengherankan apabila dalam Perwujudan dari Pemilihan Lokasi, Penataan Lay Out, Penerapan dalam Arsitektur Bangunan dan Penggunaan Ornamen di Taman Ujung dijiwai oleh makna simbolisasi dan Nilai-Nilai Ritual Spiritual seorang Raja yang dilandasi oleh Agama Hindhu. Dan hal yang mendukung saat itu juga muncul hasil karya berupa Geguritan, Sinom dan Tembang-lagu yang mengambil sosok dari keagungan Arsitektur Taman Ujung.
Kontriutor : Komang Sugiarta, Diambil dari beberapa sumber.

PURA MANIKAN

Pura Manikan Awal dari Taman Soekasada

Pura Manikan merupakan rangkaian sebuah perjalanan Rohani dari UjungTaman diarah Selatan sampai ke Utara dan berakhir di Pura Manikan.Perjalanan Rohani untuk memperoleh kesadaran adalah merupakan Perjalanan menuju Tujuan akhir yaitu Pura Manikan.

Pura Manikan kalau dikaitkan dengan Mikrokosmos, maka menjadi Symbol dari Badan kita yang kita jaga Kesuciannya. Manikan berarti berasal dari Manik yang berarti Jiwa dan pikiran. Jadi Pura Manikan Symbplis dari Jiwa dan Pikiran yang suci yang bermuara kepada ketenangan dan kebahagiaan ( Soeka ).



Perpaduan antara Pura Manikan dan Taman Soekasada Ujung adalah menjadi idam-idaman orang-orang yang menekuni perjalanan Rohani. Pura manikan berarti Manik yang Suci, yang dimaksud dengan Manik adalah Hati Yang Paling Dalam dan Pikiran yang Suci. Soekasada adalah berasal dari kata Soeka dan Usada. Jadi Pura Manikan dan Taman Soekasada falsafahnya adalah, apabila orang Tekun mengadakan Perjalanan Rohani ditengah kehidupan bermasyarakat,niscaya orang itu hatinya dan Pikirannya akan menjadi Bersih dan Suci yang menjadi Sarana ( Usada ) untuk memperoleh Ke – SOEKA – an.

Posting : Sugiarta.


Jumat, 13 Februari 2009

KOLAM KEMBAR.


Kolam Kembar Dalam Keseimbangan Spirit.

Kolam kembar yaitu kolam I dan kolam II mempunyai ukuran sama baik panjangnya maupun lebarnya. Kalau kita perhatikan dengan seksama kelihatan seperti keberadaan sebuah neraca yang merupakan simbol dari industri hukum.

Jalan yang ada diantara kedua kolam itu merupakan tiang penyangga neraca,dan kolam yang bulat di ujung jalan yang dimaksud merupakan alas tiang penyangga neraca yang dimaksud . Semua symbol yang ada iantara kolam I dan kolam II adalah merupakan acuan-acuan yang merupakan berbagai pertimbangan yang patut diperhitungkan sebagai pijakan dalam rangka menyusun peraturan-peraturan atau undang-undang dan juga sebagai pijakan dalam menetapkan putusan hukum.


Agar keputusan hukum itu bisa diterima oleh orang-orang yang membutuhkan pelayanan dan pengayoman hukum, maka keputusan itu harus betul-betul adil dan tidak berat sebelah. Balai Gili Kambang dan Balai Wantilan Kambang yang berdiri di tengah masing-masing kolam I dan kolam II , yang merupakan simbol dari dua beban yang ditimbang dalam neraca yang berbeda bentuknya tetapi diusahakan kedua kedua beban itu beratnya menjadi sama. Sehingga neraca itu akan tetap tampak seimbang walaupun masing-masing beban berbeda unsurnya.

Disinilah peran hukum itu sangat dibutuhkan oleh rakyat yang terdiri dari berbagai kelompok dan bebagai kepentingan, agar masyarakat yang majemuk ini merasa dizolimi.

Tugas penegak hukum memang berat dan sulit, karenanya diperlukan orang-orang yang menguasai hukum dan lurus hatinya, sebab peran di bidang hukum ini sangat rawan dengan kecurangan dan kelicikan yang berakibat adanya adanya pihak yang merasa dizolimi atas keputusan pengadilan yang sudah ditetapkan. Raja adalah orang yang terdepan dalam pelaksana penegakkan hukum yang akan ditauladani oleh bawah-bawahannya dan juga oleh rakyatnya.

Diposting : Komang Sugiarta

PUNCAK PERJALANAN SPIRITUAL SEORANG RAJA

Patung Badak / Warak .
Jika berkunjung ke Taman Ujung, sering Patung ini luput dari perhatian Wisatawan, padahal keberadaan patung ini secara konsep dari segi tata letak yang berada yang paling tinggi dari areal Taman Ujung yang merupakan satu kesatuan konsep Pemikiran Arsitektur seorang Arsitek Otodidak, yang kebetulan Beliau adalah seorang Raja. Disini jelas beliau sangat memperhitungkan Konsep Tri Hita Karana ( Hubungan Manusia dengan Tuhannya, Hubungan Manusia dengan Manusia dan Hubungan Manusia dengan Alamnya )



Sesungguhnya di Komplek Patung Warak ada tiga elemen Patung yang merupakan satu kesatuan yang mengandung makna yang cukup mendalam. Ada patung Warak ( Patung Badak ), Singamara dan Lembu ( Nandini ). Sesungguhnya diantara nilai yang ada di Taman Soekasada/ Ujung, patung inilah yang mempunyai nilai Spirit yang paling tinggi, ketiga patung ini dipandang dari sudut Mitologi Hindhu merupakan Sysmbol-Symbol yang disakralkan dan masing-masing dari patung tersebut mengandung makna atau filosofi berupa pesan-pesan moral.



Badak dalam bahasa Bali disebut Warak, Warak juga bisa ditulis Warac yang bisa dibaca Waras yang mengandung makna kesadaran. Jadi makna yang terkandung dari Patung Warak, hanya orang yang jiwanya sadar yang bisa mencapai Sorga. Demikian pesan moral yang dikaitkan dengan Upacara Baligya.

Patung Singamara adalah merupakan Symbolis dari Penguasa seperti Raja dan yang sepadannya dalam mitologi Hindhu. Sebagaimana posisi patung Singamara, memberikan inspirasi kepada kita bahwa air yang mengalir dari patung warak mengucur kepada patung patung Singamara, merupakan adanya Inspirasi kesadaran ini mengalir kepada pribadi Raja yang menjadi modal Utama menjadi seorang Raja dalam mengoptimalkan kecerdasan Spiritual, kecerdasan intelektual maupun kecerdasan Sosialnya.

Patung Lembu ( Nandini ), dalam Agama Hindhu adalah merupalkan mitologi dari kesejahteraan. Keberadaan Patung ini letaknya paling bawah yang menggambarkan Posisi ( keberadaan ) Rakyat sebua Negara yang merupakan elemen yang terbawah dari suatu Tatanan Pemerintahan. Lembu Nandini sebagai sysmbol kesejahteraan karena Lembu sangat besar manfaatnya bagi manusia dalam kaitan dengan kebutuhan Hidup Manusia.

Perwujudan ketiga Patung diatas merupakan satu kesatuan ( satu paket ) yang saling terkait, berawal dari Patung Warak yang letaknnya paling diatas yang mengucurkan air dari mulutnya kemudian jatu tepat pada Badan Singamara yang diteruskan mengucurkan air menebar disekeliling Lembu.Dari itu semua bisa diartikan Masyarakat sangat berharap memiliki raja yang punya kesadaran yang peka akan kesulitan Rakyatnya dan Raja memiliki arah yang jelas yaitu mewujudkan kesejahteraan di Masyarakat.

Diposting Sugiarta

Kamis, 12 Februari 2009

PURI AGUNG KARANGASEM

Bekas Istana Raja yang Sarat Keunikan

Seperti yang disebutkan di atas, arsitektur Puri Agung Karangasem adalah kombinasi antara tiga gaya. Arsitektur Bali dapat ditemukan pada pahatan patung-patung Hindu dan relief pada dinding puri. Pengaruh Eropa terlihat pada gaya gedung utama dengan beranda yang besar, sementara arsitektur Cina tampak pada gaya jendela, pintu, dan ornamen yang lain.


Kori Agung Puri Karangasem




Puri Agung Karangasem terdiri atas tiga bagian, yakni Bencingah, Jaba Tengah, dan maskerdam. Bencingah merupakan bagian depan dari Puri, dimana kesenian tradisional sering dipentaskan. Jaba Tengah yang menjadi kebun puri dengan kolam. Di tengah kolam terdapat sebuah bangunan yang disebut “Balai Gili” atau gedung mengambang. Bagian ketiga adalah Maskerdam, yang diberikan setelah nama kota Amsterdam, sebuah kotak di Belanda. Bangunan ini dibangun pada awal Raja Karangasem memulai hubungan dengan Pemerintah Belanda.

Arsitektur Bali, bisa kita lihat dari ukiran-ukiran hindu dan relief-relief yang ada di dinding. Pengaruh Eropa bisa terlihat dari bangunan utama dengan serambi atau beranda yang luas. Arsitektur China terlihat pada jendela, pintu dan ornamen-ornamen lainnya.

Puri Agung Karangasem selain  memiliki beragam objek wisata alami, Karangasem dari sisi kepariwisataan juga bersinar berkat objek wisata puri. Dari beberapa puri yang ada, hanya bekas Istana Raja Karangasem yakni Puri Agung itu dibuka untuk wisatawan. Selain Puri Agung itu, masih ada beberapa taman air peninggalan Kerajaan Karangasem seperti Taman Tirtagangga dan juga Taman Sukasada Ujung. Taman peninggalan raja itu yang dibuka sebagai objek wisata, kini dikelola keluarga keturunan Raja Karangasem, bekerja sama dengan Pemkab Karangasem.


Di Puri Agung Karangasem, kata salah seorang panglingsir puri yang juga mantan Ketua Pusat Studi Kepariwisataan Unud Prof. Dr. AAG Putra Agung, wisatawan asing tertarik melihat peninggalan Raja-raja Karangasem. Keunikan arsitektur dalam bangunan peninggalan itu, karena kekhasannya di mana arsitektur Bali dipadukan dengan arsitektur Cina bahkan Belanda. Barang antik perabotan rumah tangga atau perlengkapan kerajaan tempo dulu, juga masih terpelihara dengan baik dan menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan.

Di lingkungan Puri Agung ini ada bangunan yang dinamai Maskerdam, mirip dengan nama ibu kota Kerajaan Belanda, Amsterdam. Biasanya raja-raja Karangasem zaman dulu menggunkan bangunan ini untuk menerima tamu-tamu pentingnya. Di sisi selatan juga ada balai gili (pulau kecil), yakni sebuah bangunan yang dikelilingi kolam dengan tumbuhan bunga tunjungnya.

Diposting : Sugiarta.


BALE LUNJUK

Bale Lunjuk Taman Soekasada Ujung.

Bale Lunjuk merupakan Tempat tertinggi dari Bangunan yang ada di Taman Ujung yang terletak di barat laut Taman Soekasada Ujung. Tangga menuju Balai Lunjuk berjumlah 108 buah anak Tangga. Jumlah 108 ini adalah merupakan Symbolis dari anak – anak I Nyama Catur yang merupakan mitologi dari keberadaan Empat Saudara kita secara Magicyang mnyertai kita sewaktu kita lahir dari Rahim Ibu. Nyama Catur ini konon mempunyai anak-anak yang dinamakan Bajang yang berjumlah 108. Bajang ini adalah Symbolis Pikiran dan keinginan Manusia yang Negatif. ( buruk ) yang melekat di hati kita tanpa terkecuali.








Jadi undagan / tangga yang berjumlah 108 adalah merupakan symbolis dari Bajang, yaitu sifat-sifat yang buruk yang melekat di hati kita. Naik tangga menuju Balai Lunjuk adalah merupakan Perjalanan Rohani dengan meninggalkan satu-persatu sifat-sifat buruk tersebut. Seperti orang yang naik tangga satu persatu sampai tangga ke 108 pada Balai Lunjuk. Artinya sampai di Balai Lunjuk pada Tempat yang menonjol ( Tempat yang Tinggi ) kalau dipertegas artinya Menjadi Manusia Yang Berkualitas Unggul. Ari Balai Lunjuk ini kiranya belum sampai ke Tujuan yang paling Utama yaitu mencapai kesadaran yang sejati.

Diposting : Komang Sugiarta

KOLAM DIRAH / GIRAH

Kolam Dirah / Kolam Girah Dengan Cerita Misterinya..

Kolam ini letaknya di sudut Tenggara dari Areal Taman Soekasada ini. Nama Kola mini diambil dari nama seorang ratu ( Raja Wanita ) di Kerajaan di Pulau Jawa yang bernama Rangden Girah yang sangat terkenal sakti dan menguasai ilmu Magic yang sangat menakutkan.

Dan memang menjadi realita, bahwa kola itu memang sangat menyeramkan dan menakutkan. Tidak sembarang orang berani mandi dan berenang disana, karena kolam yang keliahatan tenang itu sudah banyak memakan korban manusia.



Konon katanya dahulu dijaman Kerajaan, kalau ada orang yang dituduh bisa ngeleak ( menjalankan ilmu Hitam ), maka oleh Raja diperintahkan untuk menghukum yang bersangkutan dengan tinggal di pinggir kolam Dirah an bermalam disana. Seandainya besok pagi orang tertuduh itu mati, msks orsng tersebut memang betul bisa ngeleak / ilmu hitam, tetapi sampai pagi orang tersebut masih hidup berarti apa yang dituduhkan orang kepadanya tidak benar bisa ngeleak.

Jadi kolam itu adalah merupakan Neraka bagi orang-orang yang berdosa atau Kolam itu akan merupakan Penjara bagi orang-orang yang melakukan pelanggaran norma-norma hokum yang ada disuatu Negara, dan tempat itu merupakan tempat menjalani Hukuman yang dijatuhkan kepadanya. Demikian spirit dari kolam Girah tersebut.

Diposting : Komang Sugiarta

Sumber Tulisan Made Sugarda.

BALE BUNDAR

Bale Bundar Taman Soekasada.

Balai Bundar adalah Tempat Raja melakukan kegiatan Semadi. Dari tempat ini seolah-olah Beliau berkomunikasi dengan semua Mitos yang ada di Taman Soekasada Ujung. Dengan kepekaan yang dimiliki oleh seorang Raja akan mampu menerima dan menyerap Spirit yang ada di Taman Soekasada. Di Balai Bundar ini Beliau bersemadi memfokuskan dan menyatukan Pikiran dan Jiwa untuk menyerap Energi Positif dan sekaligus menyerap Spirit atau Pesan Moral.




Energi Positif, Spirit dan Pesan Moral, itu akan menjadi titik tolak derap langkah seorang Raja dalam menjalankan Pemerintahannya. Di tempat yang tenang ini seorang Raja melakukan Meditasi, agar Beliau dapat Pencerahan, kelapangan hati dan ketenangan berpikir,sehingga Beliau dapat membulatkan Tekadnya untuk berbuat yang terbaik untuk Rakyat dan Negara.

Balai Bundar sebagai Sibolis dari kebulatan Tekad, tanpa tekad yang bulat sulit akan bisa mencapai cita-cita. Dan secara keseluruhan Taman Ujung merupakan konsep Idealisme, baik kita sebagai kepala Rumah Tangga, maupun Kepala aerah atau Kepala Negara. Tanpa idealisme maka harapan tidak akan mungkin bisa terwujud.

Diposting : Sugiarta

Rabu, 11 Februari 2009

BALE WANTILAN KAMBANG.

Wantilan Kambang Diatas Kolam Kembar Bagian Selatan.

Balai wantilan Kambang sama fungsinya dengan Balai Wantilan pada Umumnya di Bali, adalah merupakan tempat pertemuan orang-orang yang hendak mengadakan Musyawarah. Balai ini merupakan Symbol, apabila ingin mendapatkan kebenaran harus melalui Musyawarah.


Kalau untuk mendapatkan kebenaran bagi dua orang yang bersengketa yang mencari kebenaran dan keadilan, maka lazim Proses ini disebut Sidang. Melalui Musyawarah dan Sidang inilah diharapkan segala persoalan yang tidak jelas ini berubah menjadi jelas, sehingga bisa disimpulkan kebenarannya.





Jembatan menuju Balai Kambang dan Keluar dari Balai ini melalui Jembatan yang sama, dan diatas jembatan tersebut berdiri Gapura sebanyak 6 ( enam ) buah, ini menggambarkan Balai ini tempat bagi orang yang sedang pikirannya gelap, artinya orang pikirannya masih dikuasai oleh kekuatan Sad Ripu ( enam musuh yang ada dalam Tubuh manusia ). Jadi di Balai Kambang ini mereka melalui Proses mencari kebenaran yaitu terbebasnya mereka dari sesuatu yang gelap atau suatu masalah. ( Kajian dari pak Made Suarda ).




Dulu fungsi Balai kambang juga digunakan untuk menjamu Para tetamu Raja, yang merupakan Tamu Kehormatan Raja.
Diposting oleh Komang Sugiarta.

LETAK TAMAN SOEKASADA UJUNG

Lokasi Taman Soekasada Ujung.


Taman Ujung Soekasada yang terletak di Ujung Timur Pulau Bali, perjalanan 1,25 menit dari Bandara Ngurah Rai Denpasar, 20 menit dari Candidasa tentunya tidak begitu lama dari memakan waktu perjalanan. Dan rencana akan dibangunnya Pelabuhan Kapal Pesiar di Tanah Ampo Pelabuhan Amuk , waktu tempuh sampai di Taman Ujung sekitar 25 Menit Perjalanan.Tentu keberadaan Taman Ujung tidak bisa telepas dari Tiga Obyek yang ada seperti Puri ---- Taman Ujung ---- Tirtaganggal, yang tentunya jarak antara satu dengan lainnya hanya memerlukan waktu lima sampai sepuluh menit perjalanan.


Peta Indonesia ----- Pulau Bali ------ Kabupaten Karangasem.

Taman Ujung sangat erat kaitannya dengan Puri / Istana Raja Karangasem yang masih merupakan satu paket dengan Karya Arsitektur Puri - Ujung - Tirtagangga.



Kori Agung " Puri Agung Karangasem "



Taman Air Tirtagangga

Taman Ujung dekat dengan Obyek Wisata lainnya, seperti Candidasa, Tenganan, Padangbay yang sering disinggahi Kapal Pesiar mancanegara. dan dekat dengan Pasilitas Akomodasi Pariwisata Tulamben, Amed dll.


Kapal Pesiar sedang Berlabuh di Labuhan Amuk -Padangbay.

Taman Soekasada Oejoeng, laksana Mutiara Yang Terpendam, masih banyak Misteri didalamnya yang belum terungkap.

Diposting Sugiarta.

LAY OUT UJUNG.

Lay Out Tata Ruang Taman Soekasada Ujung.

Dalam areal Taman Soekasada Ujung terdapat 3 ( tiga ) buah pintu masuk atau gerbang menuju areal taman. Gerbang utama berada pada ketinggian di sisi barat sebagai entrance yang disebut “Bale Kapal” karena dulunya bangunan ini dibuat menyerupai sebuah kapal. Selanjutnya dari entrance bale ini pengunjung menuju areal taman dengan menuruni ratusan buah anak tangga. Dari tempat inilah keseluruhan areal taman ati.

Sesuai predikatnya sebagai Taman Air Kerajaan atau The Water Palace, maka Taman Soekasada Ujung memiliki 3 (tiga) buah kolam besar dan luas. Di tengah kolam I di sisi paling utara terdapat bangunan utama yang disebut Bale Giliyang dihubungkan oleh jembatan menuju Utara dan Selatan Kolam di Utara.

l

Di tengah-tengah kolam ini terdapat patung-patung dan pot-pot bunga. Di sebelah barat kolam I, di tempat yang agak tinggi terdapat bangunan berbentuk bundar, yang disebut “Bale Bengong” yang difungsikan sebagai tempat untuk menikmati keindahan taman dan panorama alam di sekitarnya. Di sebelah barat laut Bale Bengong, pada areal terasering yang tinggi terdapat bangunan persegi empat panjang yang disebut “Bale Lunjuk”. Ada sekitar 108 anak tangga menuju bangunan ini dari arah timur. Di tengah kolam II di sisi selatan kolam I terdapat bangunan yang disebut “Bale Kambang”. Bangunan ini dahulu berfungsi sebagai tempat jamuan makan untuk para tamu kerajaan. Di sebelah timur kolam II terdapat kolam III yang disebut Kolam Dirah dan merupakan kolam pertama yang dibuat oleh Raja Karangasem.


Di areal sebelah utara taman, di tempat yang tinggi terdapat patung “warak” (badak) dan juga patung banteng yang dari mulut kedua patung tersebut air memancur keluar menuju kolam. Jauh di sebelah timur laut terlihat bukit Bisbis yang hutannya subur menghijau, di arah selatan terlihat laut luas membentang dan di sekitar taman terlihat petak-petak sawah menghijau. Perpaduan alam pegunungan dan alam laut inilah yang merupakan daya tarik taman ini.



Dan sekitar 250 meter di sebelah utara taman ini tedapat sebuah pura bernama “Pura Manikan” yang juga dibangun oleh Raja Karangasem.

Diposting Oleh Sugiarta.

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template