Minggu, 15 Februari 2009

BALE GILI KAMBANG

Balai Gili Taman Soekasada Ujung.
Balai ini adalah tempat peristirahatan Raja, yang dihubungkan oleh Jembatan dari Selatan dan dari arah Utara dengan Gapura disepanjang Jembatan.



Ada Enam Gapura disebelah selatan Balai Gili Kambang ini merupakan lambang Sad Ripu ( enam musuh yang ada dalam diri setiap manusia ( Kama=Nafsu, Loba = Serakah, Kroda = Kemarahan, Mada = Kemabukan, Moha = Kebingungan, Matsarya = Iri hati ).




Bentuk Gapura Menuju Bale Gili Kambang terlihat menggunakan bentuk Lengkung, seperti kubah Mesjid, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh bentuk/ langgam Eropah.








Sedangkan diutara Balai Gili Kambang berjumlah 3 ( Tiga gapura ) yang melambangkan tiga Sakti ( Tri Sakti ) Brahma, Wisnu, Siwa. Ketiga sakti inilah menjadi dasar keimanan Umat Hindhu.
Diposting Sugiarta.

SEJARAH TAMAN SOEKASADA UJUNG

Rentang Sejarah Taman Soekasada.

Sebelum tahun 1908 Karangasem merupakan Wilayah Kerajaan. Raja yang memerintah sampai tahun 1908 adalah Ida Anak Agung Gede Jelantik yang membawahi 21 Punggawa. Setelah Belanda menguasai Kerajaan Karangasem, mulai terhitung tanggal 1 Januari 1909, dengan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tertanggal 28 Desember 1908, Kerajaan Karangasem dihapuskan dan diubah menjadi Gouvernement Lanscap Karangasem dibawah Pimpinan Raja I Gusti Gede Jelantik, dengan Keputusan Gubernur Jenderal Belanda tertanggal 4 September 1928, gelar Stedeheuder diganti dengan Gelar Ida Anak Agung Anglurah Karangasem, yang kemudian diangkat menjadi Zelfbesteur dan dikenal dengan nama Swapraja. Dan juga berdasarkan Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958, terhitung mulai tanggal 1 Desember 1958, daerah Swapraja diubah menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem.



Invasi Belanda pada tahun 1908 beberapa Raja memperoleh status sebagai Bupati yang berada dibawah Pemerintahan Kolonial Belanda. Raja Karangasem juga mendapat kekuasaaan untuk mengatur Daerah dan Kekayaannya. I Gusti Bagus Jelantik kemudian bergelar Ida Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem adalah raja terakhir yang memerintah bali Timur dari tahun 1909 sampai tahun 1945. Beliau dikenal sebagai Raja yang memiliki Nilai Budaya Tinggi.

Pengembangan Taman Ujung ini juga disebut sebagai " ISTANA AIR " ini dimulai tahun 1919 dan rampung tahun 1925, namun pembukaannya pada tahun 1921. Sebelum Taman Soekasada dibangun sudah terlebih dahulu dibangun di Pesanggrahan di Manikan yang lebih lazim sekarang disebut Pura Manikan. Nama ini memengandung indikasi bahwa ada Wilayah Ujung yang dianggap Sangat Mulia, Indah dan Potensial. Pura Manikan didirikan oleh Raja yang bernama I Gusti Anglurah Made Karangasem Sakti.




Dengan berbekal Pengetahuan Arsitektur Tradisional yang dipadukan dengan Arsitektur Belanda / Eropah dan Cina dibuat Perencanaan. Sedang untuk arsitektur Tradisinal Bali yang didapat dari Para Undagi, Raja I Gusti Bagus Djelantik membuat Perencanaan dari Taman Soekasada Ujung dan sekalian memimpin Pembangunannya. Jadi Pembangunan Taman Ujung tidak telepas ada hubungan dengan Arsitektur Puri Karangasem dan Arsitektur Taman Tirtagangga.

Pembangunan Taman Ujung selesai pada tahun 1921, namun pekerjaan pembangunan masih terus dilanjutkan. Tepatnya pada tahun 1937, Taman Sukasada (Taman Ujung) Karangasem diresmikan dengan sebuah ‘mahligya’ yang ditandai dengan sebuah prasasti batu marmer yang ditulis dengan huruf latin dan Bali dengan menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Bali. Prasasti tersebut ditempelkan pada salah satu dinding di Bale Warak.

Masa Keemasan Taman Soekasada, sebagian dari masa keemasan itu tersirat dalam dua prasasti dari marmer yang dipasang pada Bangunan Warak. Prasasti sebelah Kiri dengan Aksara Latin dengan Ejaan lama memakai huruf Kapital, terdiri atas 8 baris dengan tulisan sbb:

Marmer sebelah kiri yang bertulis huruf latin berjumlah 8 baris berbunyi:

PERINGATAN.

WAKTOE KARYA

DEWA JADNYA DAN

MALIGIA

DI POERI AGOENG.

KAWAN KARANGASEM.

TANGGAL

6 AGUSTUS 1937.

Sedangkan marmer sebelah kanan dengan aksara dan bahasa bali terdiri dari delapan baris berbunyi

Pekeling daweg rahina karya Dewa Yajna
Miwah malighya ring Puri Agung Kawan Karanasem
Duk rahina, su, pa, wara Perangbakat , pang, ping
14, Sasih 2, Isaka 1859 maka Ling -
ga ring malighya, padhandha Gdhe Ketut Pidhadha hi -
da Anake Hagung Anglurah Ketut karangasem
Raja Lombok, miwah Ida Anake Agung
Gdhe Jelantik Jumneng , Agung ring Karangasem .

Dari Upacara Melighya yang dilaksanakan di Taman Ujung memberi inspirasi kepada Sastrawan Karangasem yang kemudian menghasilkan beberapa Geguritan Lighya 1937, dengan memakai beberapa Tembang, antara lain Sinom, Durma an Ginanti. Dalam Geguritan inilah Taman Ujung disebut disebut dengan nama "Taman Soekasada" yang berarti Taman yang memberikan kesenangan Lebih.

Kedua prasasti tersebut menunjukkan bahwa pembangunan selesai pada tanggal 6 Agustus 1937.

Diposting oleh Komang Sugiarta.

PELABUHAN CRUISE / KAPAL PESIAR TANAH AMPO BALI

SEBAGAI JALAN / PINTU MASUK MEMBUKA PELUANG INVESTASI DI KARANGASEM.




Kapal Pesiar sedang Berlabuh

Tidak salah kalau Investor mulai melirik Karangasem, Investor besar sudah masuk, di Padangbay, Pantai Pasir Putih dan berapa tempat lainnya. Daerah lain juga memiliki peluang untuk mejadi kawasan favorit berinvestasi properti seiring dengan upaya pemerintah daerah menggarap potensi objek wisata daerahnya.Setelah Gianyar dan Tabanan yang sudah dilirik investor, dipastikan kabupaten di ujung timur Bali, Karangasem menjadi daerah yang menjanjikan bagi investor untuk menanamkan modalnya. Peluang iInvestasi di Karangasem ini ditunjang oleh objek wisata seperti Taman Soekasada Ujung, Tirtagangga, Puri Agung Karangasem, Besakih, Candidasa, Tulamben yang merupakan karunia alam yang dimiliki Karangasem, diantaranya keindahan pantai dan pemandangan bawah lautnya.



LATAR BELAKANG DI TANAH AMPO RENCANA PELABUHAN KAPAL PESIAR

Karangasem menjadi salah satu destinasi pariwisata Bali akan terwujud dengan dibangunnya pelabuhan kapal pesiar terbesar di Asia Tenggara, tepatnya di wilayah Tanah Ampo, Manggis. Pemerintah Bali, berkeinginan untuk menjadikan Karangasem sebagai daya tarik bagi wisatawan kapal pesiar. Untuk itu, dana sudah disiapkan sebesar Rp 92 milyar. Seperti yang dijelaskan Wayan Geredeg, dana tersebut merupakan dana tahap awal dengan rincian, Rp 22 milyar dana dari Pemprov Bali dan Rp 70 milyar dari pemerintah pusat sedangkan untuk lahan disiapkan pemerintah Karangasem. Menurut Wayan Geredeg, keinginan ini sampai saat ini sudah pada tahap pengajuan Rencana Induk Pelabuhan (RIP) dan ditarget tahun 2009 ini Pelabuhan Tanah Ampo sudah rampung.



POTENSI INVESTASI JEMELUK - TULAMBEN

Dijelaskan Bupati, beberapa operator kapal pesiar sudah menghubungi dirinya terkait dengan kesiapan palabuhan Tanah Ampo. Salah satu operator kapal pesiar Asia sudah meyakinkan dirinya untuk membawah 100 kapal mampir di Bali melalui pelabuhan Tanah Ampo. Kondisi wilayah laut Tanah Ampo dengan kedalaman yang mencapai 18 meter dipastikan akan mampu didarat kapal pesiar super besar. Kondisi ini memungkinkan untuk bisa dilabuhi dua kapal besar dalam waktu bersamaan dengan kapasitas terminal mencapai 1700 orang.



MENIKMATI VIEW MENARIK DI PANTAI CANDIDASA.

Nah kita tinggal menunggu sebentar lagi, Pembangunan Tahap kedua akan dilanjutkan kembali, sudah saatnya Karangasem menjadi pertimbangan dan perhitungan Investor yang akan ber investasi. Untuk itu yang perlu informasi kami siap berdiskusi dan memberikan informasi tentang Peluang Investasi tersebut dan siap menghubungkan dengan pihak-pihak terkait yang berwenang.

Kontributor Komang Sugiarta

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template